Bridgestone Indonesia Raih Dua Penghargaan CSR Nusantara Awards 2025
- account_circle Magoh
- calendar_month Kam, 10 Jul 2025
- visibility 77

Bridgestone Indonesia Raih Dua Penghargaan CSR Nusantara Awards 2025
OTOExpo.com, Karawang – Di tengah semakin ketatnya tuntutan perusahaan untuk tidak sekadar meraih untung tapi juga berkontribusi sosial, PT Bridgestone Tire Indonesia tampil percaya diri.
Bukan main, perusahaan ban asal Jepang ini sukses membawa pulang dua penghargaan sekaligus dalam ajang Nusantara CSR Awards 2025 yang digelar oleh La Tofi School of Social Responsibility, pada Rabu (2/7) di Jakarta.
Apakah ini cuma simbolis belaka atau benar-benar berdampak? Mari kita telisik lebih dalam.
Dua Program, Dua Penghargaan
-
Road Safety School
Kategori: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan
Lokasi: Kota Bekasi -
Penguatan TPS3R Desa Kutanegara
Kategori: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Lokasi: Karawang
Menurut Bridgestone Indonesia, dua program ini adalah bagian dari kontribusi nyata terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan mencerminkan semangat Bridgestone E8 Commitment, terutama pada nilai Ease, Empowerment, dan Ecology.

Road Safety School: Dari Webinar ke Zebra Cross
Dimulai dari webinar edukatif yang melibatkan 290 guru dari 89 SD dan SMP, Bridgestone menjalankan survei risiko lalu lintas yang akhirnya menunjuk SMPN 2 Bekasi sebagai sekolah dengan tingkat kecelakaan tertinggi di sekitarnya.
Apa yang dilakukan setelahnya?
-
Traffic counting dan asesmen jalan
-
Pelatihan untuk guru dan siswa
-
Pemasangan zebra cross dan rambu lalu lintas
Dampaknya? Menurut standar iRAP, rating keselamatan meningkat dari Star 1 (sangat berisiko) menjadi Star 3 (risiko sedang) sebuah lompatan yang layak diapresiasi.
Tapi ya, baru satu sekolah. Semoga bukan hanya project showcase untuk ajang penghargaan saja, karena keselamatan jalan masih menjadi PR besar di banyak kota.
TPS3R Karawang: Perempuan, Sampah, dan Lingkungan
Program kedua dilakukan di Desa Kutanegara, Karawang, dengan fokus pada peningkatan fasilitas TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle).
Kontribusi Bridgestone mencakup:
-
Membangun kembali incinerator
-
Perbaikan dua motor pengangkut sampah
-
Penyediaan alat keselamatan kerja dan pakaian khusus
TPS3R ini melibatkan 15 pekerja, 70% di antaranya perempuan, dan melayani lebih dari 300 kepala keluarga. Langkah kecil, tapi penting.
Terutama ketika bicara soal peran gender dan sirkularitas ekonomi berbasis komunitas.
Namun tantangannya tetap besar: apakah program ini bisa direplikasi secara luas, atau hanya jadi proyek CSR yang berhenti di satu titik?
Komitmen, Bukan Sekadar Gimik
Yunus Triyonggo, Human Resources & General Affairs Director Bridgestone Indonesia, menyatakan bahwa penghargaan ini adalah cerminan komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
“Ini menjadi motivasi untuk terus memberi kontribusi lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan,” tegasnya.
Pernyataan yang aman dan positif seperti biasa. Tapi dunia CSR saat ini tidak hanya mengukur niat, tapi konsistensi dan skalabilitas. Dua hal inilah yang patut diawasi dalam pelaksanaan program lanjutan ke depan.
CSR Bukan Sekadar Branding
Tidak bisa dimungkiri, perusahaan besar seperti Bridgestone pasti punya alokasi CSR yang cukup besar. Namun, masyarakat sekarang makin sadar: apakah dana tersebut benar-benar menjawab persoalan mendasar, atau hanya menjadi alat untuk branding citra ramah lingkungan?
Untuk konteks Road Safety School bagus, tapi masih terbatas. Bekasi hanyalah permulaan, dan di luar sana, ratusan sekolah masih belum memiliki zebra cross atau rambu yang layak.
Untuk TPS3R langkah di Karawang patut diapresiasi, tapi sampah domestik adalah krisis nasional. Perlu kerja sama lintas sektor untuk menjadikan TPS3R sebagai budaya dan bukan proyek musiman.
Layak Diberi Tepuk Tangan, Tapi Jangan Lupa PR-nya
Dua penghargaan di tangan. Bridgestone Indonesia jelas menunjukkan upaya CSR yang tidak sekadar tempelan.
Programnya berbasis data, berdampak nyata, dan punya arah yang jelas ke SDGs.
Namun agar tidak hanya jadi “bintang tamu ajang penghargaan”, program-program ini harus berlanjut, diperluas, dan diperkuat dengan kolaborasi lebih dalam bersama pemerintah daerah, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya.
Karena pada akhirnya, CSR bukan soal siapa menang piala, tapi siapa yang benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat secara jangka panjang.***
.
.
.
.
- Penulis: Magoh


