Banjir Bikin Motor Mogok? Ternyata Busi Jadi Tumbal! Ini Penjelasan NGK
- account_circle dimas
- calendar_month 6 jam yang lalu
- visibility 11

BUSI berkerak sudah dapat dipastikan tenaga loyo dan tidak maksimal
Banjir Bikin Motor Mogok? Ternyata Busi Jadi Tumbal! Ini Penjelasan NGK
Busi mati setelah menerobos banjir adalah masalah umum. NGK menyarankan untuk tidak mengamplas busi—cukup dikeringkan dengan benar. Simak penjelasan teknis lengkapnya.
OTOExpo.com , Jakarta – Hujan deras yang mengguyur kota akhir-akhir ini membuat beberapa ruas jalan berubah menjadi sungai sementara. Banyak pengendara motor terpaksa menerobos genangan demi mencapai tujuan. Namun, cerita yang sering terulang adalah motor yang tiba-tiba batuk-batuk, lalu mati, seolah menolak diajak berenang lebih jauh.
Dan hampir selalu, “tersangka utama” jatuh pada satu komponen mungil busi. Komponen kecil yang menjadi penjaga nyala api, namun sekaligus rentan terhadap air.
Dalam laporan terbaru dari komunitas mekanik dan produsen komponen, termasuk NGK Busi Indonesia, busi yang mati akibat banjir bukan fenomena baru, tapi justru paling sering terjadi saat musim penghujan. Banyak pengendara langsung panik, membongkar busi, kemudian mengamplasnya. Padahal, langkah itu tidak disarankan.
Dalam situasi banjir, air bisa menyelinap ke area ruang bakar atau melekat di insulator busi. Air bukan hanya membuat percikan melemah, tetapi bisa menyebabkan arus mengalir ke arah lain, sehingga percikan api gagal terbentuk. Mekanik menyebutnya misfire akibat kontaminasi air.
Menurut penjelasan pihak NGK, salah satu produsen busi ternama, busi tidak perlu diamplas untuk mengembalikan fungsi pengapiannya. Mereka menegaskan:
“Jika busi hanya terkena air, cukup dikeringkan. Mengamplas justru merusak lapisan khusus pada elektroda dan memperpendek usia busi.” ungkap Diko Octaviano, Technical Support & Development PT. Niterra Mobility Indonesia
Lapisan yang dimaksud adalah coating pelindung pada elektroda dan insulator, yang dirancang menjaga stabilitas percikan serta mencegah kerak menempel.
Kebiasaan turun-temurun dari bengkel kampung sering membuat kita percaya bahwa mengamplas adalah solusi universal. Padahal, teknik itu hanya relevan pada busi jadul yang terbuat dari material berbeda dan belum memiliki pelapis anti-kerak seperti busi modern.
Busi generasi sekarang dari merek seperti NGK sudah memakai teknologi Nickel alloy, bahkan ada yang Iridium dan Platinum.
Mengamplas busi modern justru berpotensi:
-
Merusak permukaan elektroda
-
Mengubah gap (celah percikan)
-
Membuat percikan tidak stabil
-
Mempercepat oksidasi
Akibatnya, busi malah lebih cepat mati setelahnya. Adapun cara aman mengatasi busi mati akibat banjir adalah dengan cukup mengeringkannya saja.. Berikut langkah yang direkomendasikan teknisi profesional tanpa mengamplas:
1. Lepas Busi dan Lap Kering
Gunakan kain bersih. Fokus pada bagian insulator dan ulir.
2. Panaskan Dengan Angin Panas atau Jemur
Tidak perlu suhu tinggi, cukup hangat. Jangan dipaksa menggunakan api kompor karena bisa merusak bagian internal.
3. Periksa Celah Busi (Gap)
Jika terlalu rapat/lebar akibat benturan, setel dengan feeler gauge. Jangan gunakan amplas atau menggunakan sikat kawat saat terdapat banyak carbon yang menumpuk
4. Periksa Koil dan Tutup Busi
Kadang masalah bukan pada busi saja, tapi air yang masuk ke tutup busi.
5. Pasang Kembali dan Tes Starter
Jika percikan kembali kuat, motor akan menyala tanpa drama.
Busi iridium lebih tahan terhadap kelembapan dan panas ekstrem, sehingga banyak pengendara harian memilih upgrade ini. Adapun NGK Busi memiliki beberapa kategori utama, yaitu :
- Busi Standar (Nikel): Ini adalah busi OEM standar yang paling umum dan terjangkau, biasanya dengan elektroda pusat berbahan nikel.
- G-Power: Menawarkan performa lebih baik dibandingkan standar untuk irit bahan bakar dan tarikan, dengan harga yang tidak terlalu jauh berbeda.
- Iridium: Dirancang untuk performa tinggi dan balap, dengan elektroda pusat tipis dari material iridium yang menghasilkan pembakaran lebih efisien dan masa pakai lebih lama dibandingkan busi standar dan Platinum.
- Laser Iridium dan Laser Platinum: Merupakan busi kelas atas yang biasanya digunakan sebagai busi bawaan pabrikan mobil (ATPM) untuk daya tahan ekstra dan performa yang sangat baik. Laser Iridium, misalnya, menggunakan teknologi logam mulia ganda pada elektroda pusat dan ground electrode.
Cara memilih busi yang tepat
- Untuk pemakaian normal: Gunakan busi standar berbahan nikel (biasanya dalam kotak kuning).
- Untuk peningkatan performa: Pilih G-Power jika ingin tarikan dan efisiensi bahan bakar lebih baik dengan biaya tambahan yang relatif kecil.
- Untuk balap atau performa ekstrem: Gunakan busi Iridium, Laser Iridium, atau Laser Platinum.
- Untuk kendaraan standar tapi ingin masa pakai lebih lama: Busi Platinum dan Iridium lebih direkomendasikan karena usia pakainya lebih panjang dari busi nikel.

Ada satu hal menarik tentang busi: Ia selalu bekerja dalam ruang gelap, menyalakan nyala kecil yang menjaga motor tetap hidup.
Di balik tubuhnya yang kecil, busi memegang peran layaknya “penjaga bara”, menghidupkan ruang bakar tanpa pernah terlihat. Karena itu, ketika banjir datang dan api kecil itu padam, motor pun ikut kehilangan napasnya.
Ada satu ungkapan teknisi lawas yang terasa puitis:
“Motor bisa hidup dengan banyak komponen yang rusak, tapi tidak dengan busi yang tak mau menyala.”
Busi mati akibat terobos banjir bukan akhir segalanya. Teknisi profesional dan NGK Busi juga sepakat, yaitu dengan cukup keringkan saja busi yang basah, jangan mengamplas.
Dengan sedikit ketenangan, pemahaman teknis, dan perawatan sederhana, motor bisa kembali menyala, mengantar kita menembus sisa hujan dan bau tanah yang ikut menguar setelah badai berlalu.
Jika banjir adalah cobaan jalanan, maka busi adalah nyala kecil yang selalu siap bangkit selama kita merawatnya dengan benar.***
- Penulis: dimas
- Editor: RM.Dimas Wirawan



