Pengemudi Jakarta Ramai Beralih ke Mobil Listrik: Benarkah Pendapatan Jadi Lebih Stabil?
- account_circle Pandito
- calendar_month Kam, 27 Nov 2025
- visibility 40

Pengemudi Jakarta Ramai Beralih ke Mobil Listrik: Benarkah Pendapatan Jadi Lebih Stabil?
Pengemudi Jakarta Ramai Beralih ke Mobil Listrik: Benarkah Pendapatan Jadi Lebih Stabil?
Pengemudi Jakarta terhadap Mobil Listrik Meningkat demi Pendapatan Stabil | Green SM Driver’s Day 2025
OTOExpo.com , Tangerang – Jakarta memang selalu punya ceritanya sendiri: lalu lintas padat, ritme kota yang tak pernah berhenti, dan belakangan satu fenomena baru yang mencuri perhatian lonjakan minat pengemudi untuk beralih ke mobil listrik. Bukan sekadar tren, tapi lebih sebagai pelampiasan logis di tengah tekanan hidup yang semakin mahal.
Kenaikan harga BBM, kompetisi ketat antarplatform, hingga pendapatan harian yang makin sulit diprediksi membuat banyak pengemudi kini mempertimbangkan ulang alat tempur harian mereka. Pada titik tertentu, pilihan itu bukan lagi soal gaya hidup ramah lingkungan, tapi soal bertahan hidup.
Dan fenomena itu terlihat jelas di Green SM Driver’s Day, acara rekrutmen besar yang digelar di Kemayoran bulan November lalu.
Ribuan Pengemudi Datang
Dalam satu hari, lebih dari seribu pendaftar berdatangan. Ada yang baru pulang shift malam, ada yang membawa keluarga, ada yang datang diam-diam hanya ingin memastikan bahwa rumor soal “pendapatan lebih stabil pakai mobil listrik” bukan sekadar kabar angin.
Hujan turun, antrean mengular, tapi antusiasme tetap tinggi. Pada akhir acara:
-
400 peserta lolos wawancara,
-
pemeriksaan kesehatan,
-
hingga test-drive mobil listrik.
Apa yang mereka cari dari mobil listrik? Jawabannya hampir sama: “Pendapatan yang nggak naik turun.”
Dari Sisi Teknis, Kenapa Mobil Listrik Lebih Menenangkan Dompet?
Para pengemudi yang sudah mencoba EV di Green SM menyebut hal-hal yang sangat otomotif sebagai alasan mereka jatuh hati.
1. Konsumsi Listrik yang Stabil di Situasi Macet
Mobil listrik, berbeda dari mobil bensin:
-
Tidak membakar bensin ketika idle
-
Konsumsi energinya nyaris datar meski terjebak macet berkepanjangan
-
Akselerasi tetap mudah tanpa suara mesin yang teriak-teriak
Hasilnya? Dalam rute Jakarta yang sering “hidup segan mati tak mau”, EV terasa jauh lebih efisien.
2. Perawatan Minim: Tidak Ada Oli, Filter, Radiator, dan Knalpot
Salah satu keluhan terbesar pengemudi bensin:
“Hari ini dapat, besok masuk bengkel.”
Mobil listrik menghilangkan beberapa komponen vital yang biasanya bikin kepala panas, seperti:
-
Tidak ada oli mesin
-
Tidak ada timing belt
-
Tidak ada gearbox konvensional
-
Tidak ada kerak karbon
-
Tidak ada busi atau injektor yang bisa rewel
Biaya perawatan pun otomatis turun drastis. Efeknya ke pendapatan: yang didapat tak lagi habis untuk menutup biaya perbaikan.
3. Torsi Instan, Tenang, dan Tidak Melelahkan
Dari sisi performa, mobil listrik memberi karakter mengemudi yang berbeda:
-
Torsi langsung terasa sejak pedal disentuh
-
Tidak ada perpindahan gigi yang membuat mobil tersentak
-
Suara yang jauh lebih senyap, membuat perjalanan panjang lebih nyaman
Bagi pengemudi harian 12–14 jam, hal semacam ini bukan soal kenyamanan, tapi soal kesehatan mental dan fisik.
Cerita di Lapangan
Arum — Core Driver
Arum sudah lebih dulu merasakan manfaatnya. Ia menceritakan bahwa Green SM menawarkan hal yang sering hilang di industri ini: kejelasan dan penghargaan.
“Di sini saya merasa diperhatikan. Pelatihannya jelas, prosesnya transparan, dan saya merasa usaha saya dihargai.”
Baginya, pekerjaan dengan mobil listrik bukan cuma alat mencari uang, tapi tempat berkembang.
Firman — Pengemudi Muda
Baginya, mobil listrik bukan hanya kendaraan, tapi pengalaman baru:
“Lebih tenang, lebih halus, dan fitur cerdasnya membantu banget buat kerja seharian.”
Yang menarik, ia menyebut komunitas pengemudi Green SM membuat pekerjaan berat terasa ringan—ada solidaritas yang tumbuh.
Rasmiati — Mantan Pengemudi Bensin
Dia datang dengan alasan paling realistis:
“Bensin naik terus, cicilan makin berat. Pas coba EV, saya kaget halus banget. Kalau diterima, lega rasanya.”
EV baginya bukan sekadar teknologi, tapi solusi untuk tekanan finansial.
Mobil Listrik Pelan Tapi Pasti Mengubah Lanskap Mobilitas
Green SM sendiri mencatat aktivitas armada:
-
39 juta km perjalanan ramah lingkungan
-
7.600+ ton emisi karbon berkurang
Angka-angka ini bukan hanya statistik. Ini tanda bahwa mobil listrik mulai jadi tulang punggung baru transportasi urban.
Dan pelan-pelan, narasi berubah: dari “mobil listrik itu mahal dan ribet” menjadi “mobil listrik itu penyelamat pendapatan harian”.
Deny Tjia, Managing Director Green SM Indonesia, menegaskan:
“Pengemudi ingin stabilitas dan tempat untuk berkembang. Mobil listrik membuat pekerjaan lebih mudah, tapi yang terpenting adalah bagaimana pengemudi diperlakukan.”
Ini menegaskan bahwa EV memang menawarkan efisiensi, tapi kultur perusahaan tetap jadi titik balik kepercayaan pengemudi.

Pengemudi Jakarta terhadap Mobil Listrik Meningkat demi Pendapatan Stabil | Green SM Driver’s Day 2025
Dari ratusan pengemudi yang hadir di Kemayoran, satu kesan yang sama muncul: Mereka mencari kepastian, bukan sekadar kendaraan baru. Mobil listrik memberi beberapa hal sekaligus:
-
biaya operasional lebih rendah
-
performa lebih nyaman
-
pendapatan lebih stabil
-
peluang berkembang di lingkungan yang lebih sehat
Dan semua itu hanya permulaan.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin bahwa dalam beberapa tahun, mobil listrik akan menjadi standar baru bagi pengemudi Jakarta yang ingin keluar dari tekanan biaya hidup. Di tengah ketidakpastian ekonomi, EV bukan sekadar inovasi ini adalah jalan kembali menuju martabat dan stabilitas.****
- Penulis: Pandito



