Kinerja Adira Finance 2024: Piutang Pembiayaan Stabil di Rp 56 Triliun di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
OTOExpo.com , Jakarta – Tahun 2024 ditandai dengan ketidakpastian ekonomi global yang cukup tinggi.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 3,2%, turun dari 3,3% pada 2023.
Faktor-faktor seperti transisi pemerintahan di Amerika Serikat, kondisi ekonomi China yang belum sepenuhnya pulih, serta ketegangan geopolitik turut berkontribusi pada perlambatan ini.
Namun, di tahun 2025, ekonomi global diperkirakan membaik dengan pertumbuhan 3,3%.
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi juga mengalami sedikit perlambatan menjadi 5,03% dibandingkan 5,05% pada 2023.
Faktor utama yang menyebabkan pelemahan ini adalah penurunan daya beli konsumen dan ketidakpastian global.
Meskipun demikian, inflasi mulai mereda pada paruh kedua tahun 2024, memungkinkan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga hingga dua kali menjadi 5,75% per Januari 2025.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pun mengalami pelemahan, dari Rp16.162 per USD di Desember 2023 menjadi Rp16.259 per USD di Januari 2025.
Industri Otomotif dan Pembiayaan Konsumen
Sepanjang 2024, industri otomotif menghadapi tantangan berat, khususnya di segmen kendaraan roda empat.
Data Gaikindo mencatat penjualan ritel kendaraan roda empat turun 11% menjadi 890 ribu unit. Sebaliknya, sektor kendaraan roda dua mengalami pertumbuhan 5% menjadi 6,3 juta unit berdasarkan data AISI. Namun, angka ini masih belum kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.
“Seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat serta menurunnya kapasitas pembayaran konsumen, dan dalam upaya menjaga kualitas aset, Perusahaan menerapkan strategi yang lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan selama tahun 2024.” ujar Dewa Made Susila, Presiden Direktur.
Pembiayaan baru Adira Finance pada tahun 2024 tercatat menurun sebesar 12% y/y menjadi Rp36,6 triliun.
Meski mencatatkan penurunan pada total pembiayaan baru, Adira Finance berhasil mencatatkan pertumbuhan pembiayaan nonotomotif sebesar 10% y/y menjadi Rp9,8 triliun.
“Sebagian besar pembiayaan non-otomotif saat ini dikontribusi oleh pembiayaan multiguna melalui produk ‘Solusi Dana. Sementara itu, piutang pembiayaan yang dikelola Perusahaan (termasuk pembiayaan bersama) relatif stabil sebesar Rp56,0 triliun ‘” kata Dewa Made Susila, Presiden Direktur
Adira Finance menyesuaikan strategi pembiayaannya dengan lebih selektif dalam menyalurkan kredit guna menjaga kualitas aset.
Akibatnya, pembiayaan baru menurun 12% year-on-year (y/y) menjadi Rp 36,6 triliun. Namun, pembiayaan non-otomotif justru meningkat 10% y/y menjadi Rp 9,8 triliun, didominasi oleh produk pembiayaan multiguna “Solusi Dana.”
Ekspansi dan Inovasi Adira Finance di 2024
Sebagai bagian dari diversifikasi bisnis, Adira Finance terus memperluas segmen non-otomotif, termasuk pembiayaan alat berat dan pembiayaan multiguna.
Produk “Solusi Dana” yang diluncurkan pada November 2024 memungkinkan pelanggan mendapatkan pinjaman dengan jaminan BPKB kendaraan untuk berbagai kebutuhan, seperti pendidikan, renovasi rumah, dan modal usaha.
Pembiayaan konvensional tetap mendominasi dengan kontribusi 75% dari total pembiayaan baru, sementara pembiayaan berbasis syariah menyumbang 21%.
Perusahaan juga mendukung transisi energi bersih dengan menyalurkan pembiayaan kendaraan listrik (EV), baik roda dua maupun roda empat, dengan total nilai Rp 379,6 miliar sepanjang tahun 2024.
Sebagai langkah nyata dalam mendukung energi terbarukan, Adira Finance bekerja sama dengan Istiqlal Global Fund (IGF) untuk meresmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di area Masjid Istiqlal.

Partisipasi di IIMS 2025 dan Strategi Pendanaan
Dalam rangka mendukung ekosistem otomotif, Adira Finance kembali menjadi Official Multifinance Partner di IIMS 2025 bersama Bank Danamon dan MUFG sebagai Official Bank Partner.
Ajang yang berlangsung pada 12–23 Februari 2025 ini menjadi platform bagi Adira Finance untuk memperkenalkan solusi pembiayaan inovatif.
Dari sisi keuangan, Adira Finance mencatatkan total pendapatan Rp 10,0 triliun, meningkat 5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, total beban naik 17% y/y menjadi Rp 8,2 triliun akibat kenaikan biaya pendanaan dan kredit, sehingga laba bersih setelah pajak terkoreksi menjadi Rp 1,4 triliun.
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing tercatat sebesar 5,3% dan 12,7%.
Adira Finance terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan melalui kerja sama dengan Bank Danamon, pinjaman bank domestik dan luar negeri, serta penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah.
Hingga Desember 2024, Pembiayaan Bersama mewakili 48% dari total piutang yang dikelola, sementara total pinjaman meningkat 11% y/y menjadi Rp 17,9 triliun dengan komposisi 60% dari pinjaman bank dan 40% dari obligasi serta sukuk.
Dengan berbagai strategi inovatif dan diversifikasi pembiayaan, Adira Finance tetap mempertahankan kinerja yang solid di tengah tantangan ekonomi global.
Perusahaan optimistis menghadapi tahun 2025 dengan strategi bisnis yang lebih adaptif dan inovatif guna terus memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.