VinFast Investasi USD 200 Juta untuk Ekosistem EV di Indonesia
- account_circle dimas
- calendar_month Sab, 2 Agu 2025
- visibility 87

Talkshow VINTALKS With Gita Wirjawan
VinFast Investasi USD 200 Juta untuk Ekosistem EV di Indonesia

vinfast with Gita Wirjawan
OTOExpo.com , Tangerang – Pameran otomotif terbesar di Indonesia, GIIAS 2025, bukan hanya jadi ajang peluncuran mobil baru, tapi juga panggung strategi raksasa otomotif global.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah VinFast, produsen kendaraan listrik asal Vietnam yang semakin agresif menggarap pasar Asia Tenggara.
Lewat acara bertajuk VIN TALKS dengan tema “Investing in Impact – Catalyzing Indonesia’s Green Economy Through Policy & Private Sector Collaboration,” VinFast menegaskan komitmennya untuk menjadikan Indonesia bukan sekadar pasar, tapi basis penting ekosistem kendaraan listrik di kawasan.
Diskusi ini menghadirkan dua sosok penting: Gita Wirjawan, tokoh pendidikan sekaligus host podcast Endgame, dan Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia.
Mereka mengupas strategi besar, peluang investasi, hingga tantangan membangun ekonomi hijau yang inklusif di Indonesia.
Transformasi Hijau Indonesia: Peluang Besar, Tantangan Nyata
Indonesia sedang memasuki fase emas transformasi energi dan otomotif. Targetnya cukup ambisius: 2 juta unit mobil listrik dan 12 juta unit motor listrik beredar pada 2030. Tapi, bagaimana mencapainya?
Gita Wirjawan menggarisbawahi dua hal krusial: investasi modal dan SDM terampil. “Kalau Indonesia ingin jadi negara hijau, harus ada kepastian hukum untuk investor dan tenaga kerja yang punya skill.
Kalau dua hal ini terpenuhi, modal akan datang dengan sendirinya,” ujarnya.
Menurut data BKPM, total investasi Indonesia pada 2024 tembus Rp1.766 triliun, naik 20% dibanding tahun sebelumnya, dengan FDI menyumbang 52%.
Angka ini jadi bukti bahwa iklim investasi membaik, tapi sektor hijau masih butuh percepatan.
VinFast Masuk Indonesia: Bukan Cuma Jualan Mobil, Tapi Bangun “Electric Nation”
Dalam sesi VIN TALKS, Kariyanto Hardjosoemarto mengungkap alasan VinFast memilih Indonesia setelah sukses ekspansi di Eropa, Amerika Serikat, dan India.
“Indonesia punya populasi besar dan bonus demografi yang luar biasa. Adopsi EV memang masih rendah, tapi pertumbuhannya tahun ini signifikan. Kami melihat potensi besar, apalagi pemerintah juga all out mendukung elektrifikasi,” jelas Kariyanto.
Tak tanggung-tanggung, VinFast menyiapkan investasi senilai USD 200 juta untuk membangun pabrik perakitan EV di Subang, Jawa Barat. Fasilitas ini diproyeksikan memproduksi 50.000 unit per tahun pada tahap awal dan langsung menyerap 1.000 tenaga kerja.
Target ini belum termasuk lapangan kerja dari rantai pemasok lokal yang akan terbentuk.
63.000 Charging Station, USD 300 Juta Investasi Tambahan
Salah satu isu terbesar kendaraan listrik di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur pengisian daya. VinFast tidak mau main-main soal ini.
Bersama mitra bisnisnya, V-Green, VinFast siap membangun 63.000 titik pengisian daya di seluruh Indonesia hingga akhir 2025, dengan total investasi mencapai USD 300 juta.
Jaringan ini akan didukung oleh kolaborasi strategis dengan Chargecore, ChargePoint, Amarta Group, dan CVS, sehingga menciptakan ekosistem pengisian baterai yang masif dan andal.
Selain itu, VinFast akan menghadirkan layanan taksi listrik Green SM sebagai bagian dari upaya memperluas ekosistem mobilitas hijau.
Ini langkah penting untuk memperkenalkan EV ke masyarakat lewat layanan transportasi umum yang ramah lingkungan.
Strategi Ekspansi Besar: 19 Provinsi, 41 Kota, dan Keanggotaan Gaikindo
Tak hanya soal pabrik dan charging station, VinFast juga mengumumkan target ekspansi yang cukup agresif. Pada 2026, VinFast akan hadir di 19 provinsi dan 41 kota di Indonesia.
Ini bukan hanya soal showroom, tapi juga jaringan purna jual yang lengkap.
Menariknya, VinFast juga resmi menjadi anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Keanggotaan ini bukan sekadar formalitas; ini adalah tiket penting untuk mendekatkan diri ke regulasi, jaringan industri, dan tentu saja konsumen lokal.
Sedikit Catatan Kritis: Bisa Sukses, Tapi Tantangan Berat Menunggu
Meski rencana VinFast terlihat solid, pertanyaannya: apakah ini realistis? Ada beberapa hal yang perlu dicermati:
-
Harga EV Masih Tinggi
Pasar Indonesia sensitif terhadap harga. Jika VinFast gagal menghadirkan EV dengan banderol kompetitif (ingat, pemain seperti Wuling sudah punya Air EV di kisaran Rp 250 jutaan), target penetrasi bisa sulit tercapai. -
Infrastruktur Belum Merata
Meski 63.000 charging point terdengar bombastis, distribusinya harus adil. Jangan sampai hanya terkonsentrasi di kota besar, sementara daerah tertinggal terabaikan. -
Mindset Konsumen
Mengubah kebiasaan pengguna kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik bukan perkara mudah. Perlu edukasi masif soal biaya operasional, perawatan, dan keamanan EV.
Namun, dengan investasi sebesar ini dan dukungan ekosistem yang terintegrasi, VinFast punya peluang besar untuk mengubah peta otomotif Indonesia.

Talkshow VINTALKS With Gita Wirjawan
VinFast Bukan Sekadar Pemain Baru, Tapi Game Changer?
Dengan pabrik EV senilai USD 200 juta, 63.000 titik charging, dan strategi ekspansi besar-besaran, VinFast datang ke Indonesia bukan untuk coba-coba. Mereka ingin menciptakan sebuah “electric nation”.
Jika rencana ini berjalan mulus, VinFast bisa jadi salah satu katalis utama transformasi hijau di Indonesia.
Tapi, jika tantangan infrastruktur, harga, dan edukasi konsumen tak diatasi, rencana besar ini bisa jadi hanya sekadar ambisi.
Satu hal yang pasti, GIIAS 2025 bukan hanya ajang pamer mobil, tapi panggung lahirnya visi besar untuk masa depan mobilitas Indonesia.
Dan VinFast, sejauh ini, tampil sebagai pemain yang cukup berani untuk memimpin perubahan.***
.
.
.
- Penulis: dimas


