SPBU Swasta Menolak, Mesin Bisa Rusak! Fakta Mengejutkan di Balik BBM Bercampur Ethanol yang Tak Banyak Diketahui
- account_circle dimas
- calendar_month Sen, 6 Okt 2025
- visibility 409

SPBU Swasta Menolak, Mesin Bisa Rusak! Fakta Mengejutkan di Balik BBM Bercampur Etanol yang Tak Banyak Diketahui
SPBU Swasta Menolak, Mesin Bisa Rusak! Fakta Mengejutkan di Balik BBM Bercampur Ethanol yang Tak Banyak Diketahui
OTOExpo.com, Jakarta – Baru-baru ini, heboh di dunia otomotif. Tiga SPBU besar swasta, Shell, BP dan Vivo, tiba-tiba membatalkan pembelian bahan bakar dari Pertamina.
Alasannya? Ternyata ada kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam base fuel yang diimpor. Padahal, secara regulasi, kandungan etanol hingga 20 persen masih diperbolehkan oleh Kementerian ESDM.
Tapi mengapa justru ditolak? Apa sih sebenarnya dampak ethanol, apalagi kalau sudah bercampur air, terhadap mesin mobil atau motor kita?
Etanol: Pahlawan atau Penjahat?
Di satu sisi, etanol dianggap sebagai pahlawan ramah lingkungan. Diproduksi dari fermentasi tebu, singkong, atau jagung, etanol punya angka oktan tinggi sekitar 108-109, yang bisa meningkatkan oktan bensin hingga 3-5 poin saat dicampur.
Pembakaran jadi lebih bersih, emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) berkurang, dan secara teori, konsumsi bahan bakar bisa lebih efisien. Tapi itu secara teori ya…..

SPBU Swasta Menolak, Mesin Bisa Rusak! Fakta Mengejutkan di Balik BBM Bercampur Etanol yang Tak Banyak Diketahui
Di negara-negara seperti Brasil, Amerika Serikat, dan Thailand, campuran etanol hingga E10 (10% etanol) sudah menjadi standar.
Tapi di sisi lain, etanol punya sifat yang bikin mekanik dan pemilik kendaraan lawas geleng-geleng kepala: higroskopis. Artinya, dia suka menyerap air dari udara.
Dan di negara tropis seperti Indonesia, kelembapan tinggi adalah makanan sehari-hari. Nah, masalahnya, bensin murni tidak larut dalam air, tapi etanol bisa.
Akibatnya? Terjadi pemisahan fase (phase separation). Etanol menarik air, membentuk lapisan asam di dasar tangki bahan bakar. Lapisan inilah yang jadi biang kerok korosi.
Korosi: Musuh Diam-Diam yang Menggerogoti
Bayangkan tangki bensin kamu seperti lambung mobil. Kalau terus-terusan kena cairan asam, apa yang terjadi? Karat. Dan karat itu bukan cuma di tangki, tapi juga bisa menjalar ke saluran bahan bakar, pompa bensin, bahkan injektor.
Belum lagi, etanol bisa melarutkan endapan dan kotoran yang sudah lama menempel di dinding tangki kotoran yang tidak larut dalam bensin murni. Kotoran ini lalu ikut terbawa aliran bahan bakar dan bisa menyumbat filter atau injektor.
Dan ini bukan teori belaka. Banyak pengguna melaporkan mesin jadi sering ngelitik, overheat, atau bahkan mogok mendadak setelah menggunakan BBM yang dicurigai mengandung etanol tinggi.
Untuk kendaraan modern yang sistem bahan bakarnya sudah dirancang tahan etanol, mungkin masih bisa bertahan. Tapi untuk motor 2-tak, mobil tua, atau motor bebek lawas? Risikonya jauh lebih besar.
Material Non-Logam: Korban Tak Terlihat
Selain logam, komponen dari karet, plastik, dan polimer juga jadi korban.
Etanol adalah pelarut kuat. Seal, gasket, dan selang bahan bakar yang terbuat dari karet bisa menjadi getas, melunak, atau bahkan mengembang yang pada akhirnya menyebabkan kebocoran bahan bakar.
Kebocoran bensin? Bisa jadi bencana, baik dari sisi keselamatan maupun performa mesin.
| Komponen | Risiko Utama | Kendaraan Rentan |
|---|---|---|
| Tangki Bahan Bakar | Korosi akibat air dan etanol | Kendaraan lama (>10 tahun) |
| Selang Bahan Bakar | Pelunakan atau pengerasan material | Kendaraan lawas |
| Seal & Gasket | Kebocoran akibat perubahan bentuk | Motor 2-tak |
| Filter Bahan Bakar | Penyumbatan oleh kontaminan | Semua jenis |
| Injektor | Penurunan presisi aliran | Mesin injeksi lama |
Ya, etanol meningkatkan oktan. Tapi jangan lupa: nilai energi etanol 35% lebih rendah dari bensin murni. Artinya, untuk menghasilkan tenaga yang sama, mesin butuh lebih banyak bahan bakar.
Campuran E10 saja bisa mengurangi efisiensi hingga 5%. Jadi, meskipun mesin terdengar lebih halus, jarak tempuh (mileage) bisa menurun. Dan bagi pengendara harian, ini berarti pengeluaran bensin yang lebih besar.
Waspadai, Tapi Jangan Panik
Etanol bukan musuh total. Dalam kadar rendah (E5-E10), dan pada kendaraan modern yang dirancang untuk itu, penggunaan etanol bisa aman dan bahkan menguntungkan dari sisi emisi.
Tapi ketika etanol bercampur air, atau digunakan pada kendaraan lawas, risikonya sangat nyata: korosi, kebocoran, penyumbatan, dan penurunan performa.
Jadi, apa yang bisa kamu lakukan?
-
Gunakan BBM dari SPBU terpercaya yang menjaga kualitas bahan bakar.
-
Hindari membiarkan tangki bensin kosong terlalu lama, terutama di musim hujan.
-
Untuk kendaraan lawas, pertimbangkan untuk menggunakan aditif pelindung sistem bahan bakar.
-
Dan yang paling penting: waspadai gejala awal seperti mesin susah hidup, boros bensin, atau suara mesin tidak normal.
Etanol mungkin masa depan energi, tapi untuk sekarang, kita harus tetap kritis dan bijak dalam memilih bahan bakar. Karena mesin yang sehat, bukan cuma soal tenaga, tapi juga soal keawetan dan keamanan.
Menolaknya SPBU Swata tersebut dikarenakan sesuai perjanjian awal pembelian, menginginkan BBM yang murni (Base Fuel) yang belum dicampur atau terkontaminasi. Akan tetapi, pihak Pertamina malah memberikan BBM yang sudah tercampur oleh Ethanol sebesat 3,5 Persen. ****
- Penulis: dimas
- Editor: RM.Dimas Wirawan



