News
light
Beranda » Kendaraan » Fuso Dan Hino Merger Duet Serius Ala Daimler Dan Toyota

Fuso Dan Hino Merger Duet Serius Ala Daimler Dan Toyota

  • account_circle dimas
  • calendar_month Rab, 11 Jun 2025
  • visibility 123

Fuso Dan Hino Merger Duet Serius Ala Daimler Dan Toyota

 

OTOExpo.com , Tokyo –  Dua nama besar di dunia kendaraan niaga, Mitsubishi Fuso dan Hino Motors, resmi akan melebur di bawah satu atap berkat dorongan dua raksasa otomotif global: Daimler Truck dan Toyota.

Pengumuman kesepakatan definitif ini menandai langkah besar dalam lanskap industri kendaraan komersial Jepang, bahkan Asia-Pasifik.

Tapi meski terdengar megah di atas kertas, langkah ini tetap menyisakan banyak pertanyaan terutama soal eksekusi.

Langkah Bersejarah atau Sekadar Efisiensi Tambal Sulam?

Integrasi ini bukan merger biasa. Fuso (anak usaha Daimler) dan Hino (di bawah Toyota) akan bergabung dengan “kesetaraan”, membentuk perusahaan holding baru yang ditargetkan mulai beroperasi April 2026 dan akan terdaftar di Prime Market Bursa Tokyo.

Fuso Dan Hino Merger Duet Serius Ala Daimler Dan Toyota

Daimler dan Toyota masing-masing akan memiliki 25% saham, sementara holding tersebut akan memiliki 100% Fuso dan Hino.

Yang ditunjuk sebagai CEO? Karl Deppen dari Mitsubishi Fuso sebuah sinyal kuat bahwa Daimler mungkin punya peran lebih besar secara teknis, meski kepemilikan di atas kertas setara.

Ambisi Besar, Realita Lebih Rumit

Perusahaan baru ini akan memiliki lebih dari 40.000 karyawan, serta ambisi untuk “membentuk masa depan kendaraan komersial”, lengkap dengan misi besar: efisiensi logistik, netralitas karbon, hingga pengembangan teknologi CASE (Connected, Autonomous, Shared, Electric), termasuk hidrogen.

Masalahnya? Semua itu butuh waktu, uang, dan  yang sering dilupakan  sinergi budaya. Hino dan Fuso punya sejarah panjang sebagai pesaing.

Kini mereka harus bekerja bahu-membahu dalam riset, produksi, dan pengadaan. Kedengarannya ideal, tapi siapa yang menjamin tidak akan muncul gesekan internal, terutama dalam menentukan arah teknologi?

Mengapa Ini Bisa Jadi Gebrakan?

Mari jujur: pasar kendaraan niaga Asia terutama Jepang tertinggal dalam hal elektrifikasi dan konektivitas dibanding Eropa dan Cina.

Daimler membawa pengalaman dari lini eActros dan Mercedes-Benz Trucks, sementara Toyota punya teknologi fuel cell yang canggih.

Menggabungkan kekuatan ini bisa mempercepat kehadiran truk listrik dan hidrogen di pasar regional.

Apalagi dengan pengalaman Toyota dan Daimler yang luas di seluruh rantai nilai dari manufaktur hingga software dan baterai.

Dalam kata lain, ini bisa jadi “Tesla moment” untuk dunia truk Asia, jika dikelola dengan benar.

Tapi Jangan Lupakan Luka Lama

Namun sejarah Hino dan Fuso tidak sepenuhnya bersih. Tahun 2022, Hino Motors terjerat skandal pemalsuan data emisi yang menghantam kepercayaan publik dan pemerintah.

Sementara Fuso juga pernah mengalami tantangan dalam menjaga pangsa pasar di luar Jepang, khususnya di ASEAN.

Gabungan ini akan diuji bukan hanya oleh pasar, tapi juga oleh mata regulator dan publik. Kesalahan masa lalu harus ditebus, dan integrasi ini menjadi kesempatan untuk memperbaiki reputasi atau sebaliknya, justru memperbesar risiko jika manajemen tidak solid.

Apa Kata Para Bos?

Karl Deppen, CEO Mitsubishi Fuso sekaligus pemimpin baru holding ini, menyebut bahwa integrasi ini adalah “hari besar bagi seluruh pemangku kepentingan”, dan bahwa gabungan dua merek kuat ini siap menjawab kebutuhan transportasi masa depan.

Sementara CEO Toyota, Koji Sato, menekankan bahwa ini “baru garis start, bukan garis finish.”

Pernyataan yang diplomatis dan penuh harapan. Namun, pernyataan seperti ini sudah sering kita dengar di banyak penggabungan besar, dari Nokia dan Microsoft, hingga Fiat-Chrysler.

Hasil akhirnya? Tergantung eksekusi, bukan kata-kata.

Fuso Dan Hino Merger Duet Serius Ala Daimler Dan Toyota

Peluang Besar, Tapi Jangan Lengah

Integrasi Mitsubishi Fuso dan Hino Motors di bawah arahan Daimler dan Toyota bisa jadi angin segar untuk industri kendaraan niaga Jepang bahkan dunia. Skala besar, dukungan teknologi canggih, dan kekuatan brand adalah modal kuat.

Namun tanpa manajemen perubahan yang solid, kolaborasi lintas budaya yang sinergis, serta roadmap teknologi yang jelas, ini bisa berubah menjadi proyek megah yang berjalan lambat atau bahkan gagal memenuhi potensinya.

April 2026 mungkin terasa masih lama, tapi waktu dua tahun akan cepat berlalu. Dan ketika waktunya tiba, dunia akan melihat apakah ini adalah “truk powerhouse” baru… atau hanya gabungan dua pemain lama yang mencoba bertahan di tengah gempuran zaman.*****

.

.

.

.

.

  • Penulis: dimas

✈︎ Random Artikel ✈︎

expand_less