ABB dan Formula E Jakarta 2025 Ajakan Serius untuk Elektrifikasi
- account_circle dimas
- calendar_month Sel, 24 Jun 2025
- visibility 68

ABB dan Formula E Jakarta 2025 Ajakan Serius untuk Elektrifikasi
OTOExpo.com , Jakarta – Gelaran ABB FIA Formula E World Championship kembali hadir di Jakarta dan membawa pesan yang makin sering digaungkan: mobilitas berkelanjutan dan transisi energi.
ABB, sebagai mitra global Formula E, memanfaatkan panggung Jakarta E-Prix 2025 untuk memperlihatkan komitmennya mempercepat elektrifikasi transportasi dan industri.
Pertanyaannya, apakah pesan ini cukup untuk membuat perubahan nyata di lapangan, terutama di Indonesia yang infrastruktur dan kesiapannya soal energi bersih sering kali belum optimal?
Lebih dari Ajang Balap
Bagi ABB, Formula E bukan hanya soal siapa pembalap tercepat. Ini adalah arena uji coba teknologi mobil listrik dan otomasi industri mereka.
Semua teknologi ini dari motor hemat energi hingga smart drive diklaim sudah diaplikasikan di sektor-sektor strategis Indonesia untuk mendukung transisi energi dan menekan emisi.
Tapi kalau kita mau sedikit kritis, sejauh mana implementasi ini benar-benar terasa di masyarakat? Masih banyak daerah di Indonesia yang bahkan belum mendapat listrik stabil, apalagi bicara soal kendaraan listrik.

Ajakan untuk Elektrifikasi dan Kolaborasi
Dalam pidatonya, Presiden Divisi Motion System Drives ABB, Chris Poynter, menegaskan bahwa Formula E adalah contoh nyata bagaimana teknologi industri bisa lebih ramah lingkungan.
Ia mengingatkan bahwa efisiensi energi harus menjadi prioritas demi dekarbonisasi. Sementara Gerard Chan, Presiden Direktur ABB Indonesia, menjelaskan bahwa kehadiran Jakarta sebagai tuan rumah E-Prix adalah pengakuan internasional bahwa Indonesia mau melangkah ke arah mobilitas listrik dan energi bersih.
Namun di balik optimisme ini, ada tantangan besar. Elektrifikasi transportasi di Indonesia bukan hanya soal menghadirkan teknologi canggih.
Persoalan harga kendaraan listrik, ketersediaan stasiun pengisian daya, hingga ketergantungan kita terhadap pembangkit listrik fosil harus diselesaikan secara paralel agar transisi bisa berlangsung cepat dan merata.
Bukti Nyata di Infrastruktur Energi
ABB sendiri punya portofolio proyek di Indonesia. Misalnya di proyek PLTS Terapung Cirata, salah satu pembangkit surya terbesar di Asia Tenggara, ABB menyediakan perangkat proteksi dan distribusi listrik agar energi bersih bisa dialirkan ke puluhan ribu rumah.
Selain itu, ABB juga berkontribusi di proyek geothermal di Jawa Timur, memaksimalkan potensi panas bumi untuk energi nasional.
Kedua proyek ini memperlihatkan bahwa ABB bukan hanya bicara di atas panggung balap, tetapi sudah turun ke ranah konkret.
Sayangnya, saat berbicara soal energi bersih di level nasional, proyek-proyek semacam ini perlu didukung regulasi dan pembiayaan yang lebih masif agar bisa direplikasi di daerah lain.
Pentingnya Kolaborasi dan Dukungan Kebijakan
Sebagai bagian dari perhelatan Jakarta E-Prix, ABB juga menggelar forum tingkat tinggi bertajuk “Engineered to Outrun” sehari sebelum balapan.
Acara ini menghadirkan para pembicara kompeten, seperti Wakil Menteri Perdagangan RI, para eksekutif ABB global, hingga pakar iklim.
Fokusnya adalah mencari cara agar teknologi, kebijakan, dan inovasi bisa saling melengkapi dan mempercepat pencapaian target emisi Indonesia.
Kata kuncinya di sini adalah kolaborasi multi-sektor. Prof. Dr. Michiel Schaeffer dari Climate Analytics bahkan menegaskan bahwa investasi dan inovasi harus berjalan bergandengan agar perubahan benar-benar terjadi.
Semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, hingga lembaga riset, harus mau duduk bareng dan membuat peta jalan yang konkret.
Tantangan dan Peluang untuk Indonesia
Kembali ke konteks lokal, Jakarta E-Prix bisa menjadi simbol bahwa Indonesia mau ikut dalam perubahan global menuju net-zero.
Tapi simbol harus diikuti aksi nyata. Infrastruktur harus lebih siap, regulasi harus lebih pro-energi terbarukan, dan masyarakat harus lebih paham soal dampak perubahan iklim agar mau beralih ke teknologi bersih.
ABB dan Formula E memang bisa membawa pesan perubahan, tetapi tanpa keseriusan kita dalam implementasi, pesan ini hanya akan berakhir sebagai jargon di atas spanduk.
Dengan memanfaatkan momentum ini secara tepat, Indonesia bisa memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam elektrifikasi dan inovasi energi terbarukan di kawasan.
Menuju Masa Depan Bersih dan Efisien
Jakarta E-Prix 2025 bukan sekadar perayaan balap mobil listrik. Ini adalah contoh kecil bahwa transisi energi dan mobilitas berkelanjutan sudah di depan mata.
ABB menunjukkan bahwa teknologi mereka bisa membuat perbedaan, dan Indonesia punya potensi untuk memimpin perubahan. Hanya saja, pekerjaan rumahnya tetap banyak.
Dan perubahan baru akan terasa kalau pemerintah, industri, dan masyarakat mau berkomitmen untuk lebih dari sekadar euforia sehari.***
.
.
.
.
- Penulis: dimas


