Perlukah Pindah dari D ke N Saat Berhenti di Lampu Merah? Ini Penjelasan Teknisnya
OTOExpo.com , Jakarta – Pernah nggak sih kamu berhenti di lampu merah sambil mikir: “Ini harusnya tetap di posisi D sambil injak rem, atau pindah ke N aja ya?”
Pertanyaan ini nggak cuma muncul di kepala pemula, bahkan sopir berpengalaman pun kadang masih galau. Soalnya, ini bukan cuma soal kebiasaan tapi juga menyangkut umur transmisi mobil kamu!
Yuk kita bahas bareng, biar kamu nggak salah langkah (atau salah gigi) pas lagi nunggu lampu hijau.
Transmisi Otomatis Itu Otomatis… Tapi Tetap Ada Batasnya
Banyak yang bilang, “Namanya juga transmisi otomatis, ya udah biarin aja kerja sendiri.” Memang sih, mobil matic dirancang untuk memudahkan, tapi bukan berarti kita nggak bisa bantu menjaga kesehatannya.
Faktanya, di balik kenyamanan itu, ada sistem hidrolik dan serangkaian katup elektromagnetik (solenoid) yang kerja keras setiap kali gigi berpindah.
Setiap pindah dari D ke N atau sebaliknya, ada proses tekanan dan pelepasan tekanan oli transmisi. Dan proses ini, kalau terlalu sering dilakukan, bisa mempercepat keausan solenoid tadi.
D vs N: Mana yang Lebih Bikin Rusak Transmisi?
Mari kita bahas dua skenario umum:
- Mobil berhenti di lampu merah, tetap di D dan injak rem
- Mobil berhenti dan pindah ke N, lalu masuk D lagi saat jalan
Di posisi D sambil injak rem: Mesin tetap aktif dan ingin menggerakkan mobil. Tapi karena roda tertahan rem, tenaga mesin seakan “ditahan” oleh transmisi.
Efeknya? Getaran terasa di bodi, suara mesin meninggi, dan konverter torsi bekerja lebih keras dari seharusnya.
Konverter torsi ini memang dirancang untuk mentransfer tenaga secara halus, tapi kalau terlalu sering ‘dipaksa diam’, bisa terjadi tekanan internal yang bikin umur komponennya lebih pendek.
Kalau pindah ke N: Saat di N, mesin tetap berputar, tapi tidak lagi menyalurkan tenaga ke roda. Artinya, konverter torsi bisa ‘bernapas’, tekanan menurun, suara mesin jadi lebih kalem, dan getaran pun hilang.
Namun, proses perpindahan dari D ke N dan sebaliknya juga melibatkan solenoid dan sistem hidrolik. Kalau kamu sering banget pindah-pindah posisi ini, risikonya justru ke solenoid yang bisa aus duluan.
CVT dan Dual-Clutch: Kasusnya Bisa Berbeda
Kalau mobilmu pakai transmisi CVT atau dual-clutch (DCT), ceritanya sedikit beda.
- CVT (Continuously Variable Transmission): Masih pakai konverter torsi juga, jadi kasusnya mirip. Tahan di D saat berhenti terlalu lama bisa bikin tekanan internal tetap tinggi.
- DCT (Dual-Clutch Transmission): Transmisi ini mirip manual tapi dikontrol otomatis. Jadi, saat kamu tahan di D dan injak rem, sebenarnya ada kopling yang masih ‘setengah nyambung’. Ini bisa bikin panas dan mempercepat keausan kopling. Dalam banyak kasus, pindah ke N justru lebih aman untuk jangka panjang.
Mana yang Lebih Baik, D atau N?
Jawabannya tergantung durasi berhenti dan kondisi lalu lintas:
- Kalau cuma berhenti 5-10 detik: Tahan aja di D sambil injak rem. Keausannya sangat kecil dan nggak signifikan.
- Kalau lebih dari 30 detik atau lampu merah panjang: Lebih baik pindah ke N. Ini bisa bantu mengurangi beban kerja konverter torsi atau kopling, sekaligus bikin mesin dan transmisi sedikit lebih adem.
Apa Kata Praktik dan Teori?
Dari pengalaman berkendara dan juga beberapa hasil diskusi teknis dengan sumber otomotif seperti Dowin dan forum pengguna mobil matic, kebanyakan sepakat: pindah ke N lebih disarankan kalau durasi berhenti cukup lama.
Apalagi di kota besar kayak Jakarta, Medan bahkan Surabaya, di mana lampu merah bisa lebih dari 1 menit.
Tapi ingat, jangan terlalu sering pindah dari D ke N lalu D lagi setiap berhenti sebentar. Itu malah bikin solenoid cepat aus, dan biaya perbaikannya nggak murah, bro.
Bijak di Lampu Merah
Transmisi otomatis memang pintar, tapi tetap butuh perlakuan cerdas dari pengemudinya. Kuncinya adalah:
- Pahami karakter transmisi mobilmu (CVT, DCT, atau AT konvensional).
- Perhatikan durasi berhenti. Pendek? Tahan di D. Lama? Pindah ke N.
- Jangan terlalu sering pindah-pindah posisi. Semua ada batasnya, termasuk sistem hidrolik di transmisi kamu.
Dengan pola pikir ini, umur transmisi bisa lebih panjang, dan kamu juga lebih nyaman saat mengemudi. Nggak ada lagi tuh getaran di kursi atau suara mesin yang ‘ngambek’ karena ditahan terus.*****