OLXMobbi Ungkap Alasan Mobil ICE dan Hybrid Masih Jadi Primadona di Tengah Serbuan EV
- account_circle dimas
- calendar_month Sen, 6 Okt 2025
- visibility 304

Harga Jual Lebih Baik, ICE dan HEV Masih Jadi Pilihan diTengah Gempuran EV
OLXMobbi Ungkap Alasan Mobil ICE dan Hybrid Masih Jadi Primadona di Tengah Serbuan EV
OTOExpo.com , Jakarta – Euforia mobil listrik memang sedang tinggi-tingginya. Setiap pabrikan berlomba menghadirkan kendaraan ramah lingkungan, dari city car mungil hingga SUV premium bertenaga baterai.
Namun di balik gemerlap tren elektrifikasi itu, ada satu fakta menarik dari ajang GIIAS 2025: mobil bermesin konvensional (ICE) dan hybrid electric vehicle (HEV) masih menjadi bintang sebenarnya terutama dari sisi harga jual kembali (resale value).
Data dari OLXmobbi, yang menjadi official trade-in partner di GIIAS 2025, menunjukkan bahwa meski era elektrifikasi mulai meluas, pasar mobil bekas justru menggeliat lebih kuat di segmen ICE dan HEV.
Lonjakan Trade-In hingga 53%: Pasar Mobil Bekas Semakin Panas
Menurut laporan OLXmobbi, jumlah pelanggan yang melakukan trade-in atau tukar tambah mobil lama untuk pembelian mobil baru — melonjak 53% dibandingkan GIIAS tahun lalu.
Tak hanya itu, penjual mobil di platform OLXmobbi meningkat 47%, menandakan perputaran kendaraan di pasar otomotif nasional sedang sangat aktif.
Artinya, banyak konsumen yang kini makin sadar bahwa membeli mobil bukan hanya soal fitur dan tampilan baru, tapi juga nilai jualnya di masa depan. Mobil bukan sekadar alat mobilitas, tapi juga aset yang punya nilai ekonomi nyata.
Menariknya, harga rata-rata mobil yang terserap OLXmobbi selama GIIAS 2025 berada di kisaran Rp150 juta, sementara unit dengan harga tertinggi berasal dari kategori HEV, yang menembus Rp300 juta.
Sebaliknya, mobil listrik murni (BEV / Battery Electric Vehicle) yang masuk dalam transaksi hanya mencatat rata-rata Rp115 juta sebuah gap yang cukup signifikan.
Toyota Masih Raja, Tapi Tren Hybrid Mulai Naik
Dari data OLXmobbi, mobil yang paling banyak dijual pengunjung di GIIAS 2025 memperlihatkan pola yang familiar.
Untuk kategori ICE (Internal Combustion Engine), Toyota Kijang Innova dan Avanza masih menjadi favorit utama.
Sedangkan di lini HEV (Hybrid), Toyota Yaris Cross mulai banyak dilepas pemiliknya menunjukkan bahwa segmen ini mulai ramai berputar di pasar bekas.
Sementara itu, di dunia BEV (Battery Electric Vehicle), Wuling Air EV mendominasi daftar mobil listrik paling banyak dijual konsumen.
Dari sisi jenis kendaraan, MPV, SUV, dan hatchback masih menjadi segmen paling diminati di pasar used car nasional — sejalan dengan kebutuhan keluarga muda dan profesional urban.
Kualitas Jadi Penentu Nilai Jual
Menurut Agung Iskandar, Direktur OLXmobbi, keberhasilan platformnya tidak hanya karena tren jual-beli meningkat, tetapi juga karena standar kualitas kendaraan yang diterima.
“Mobil yang masuk ke OLXmobbi harus melalui proses pemeriksaan ketat. Kami pastikan unit bebas banjir dan dalam kondisi prima. Hasilnya, pembeli merasa aman, dan nilai jual kendaraan tetap tinggi,” ujar Agung.
Pendekatan ini menjadi alasan mengapa OLXmobbi terus dipercaya konsumen sebagai platform jual-beli mobil bekas terpercaya, terutama untuk trade-in di event besar seperti GIIAS.
Bagi banyak orang, membeli mobil bekas berkualitas kini dianggap pilihan logis karena nilai penyusutan yang lebih terkendali dibandingkan membeli unit baru.
Depresiasi: Titik Lemah Mobil Listrik
Salah satu temuan paling menarik dari OLXmobbi adalah tingkat depresiasi antar jenis kendaraan.
Mobil ICE dan HEV memiliki rata-rata depresiasi 10–15% per tahun, sedangkan BEV alias mobil listrik murni bisa mencapai 35–60% per tahun.
Artinya, nilai mobil listrik bisa turun lebih dari separuhnya hanya dalam dua tahun sesuatu yang tentu menjadi pertimbangan besar bagi konsumen yang cermat soal investasi kendaraan.
Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi:
-
Siklus teknologi yang cepat. Setiap tahun muncul model EV baru dengan fitur dan jarak tempuh lebih baik, membuat model lama cepat terasa usang.
-
Harga baterai dan servis mahal. Meski hemat bahan bakar, biaya perawatan baterai dan komponen elektronik bisa menguras dompet.
-
Minimnya pembiayaan untuk BEV bekas. Hingga saat ini, hampir tidak ada lembaga pembiayaan yang mau memberikan kredit untuk mobil listrik bekas, membuat pasar sekunder BEV sulit berkembang.
Kombinasi ketiga faktor itu membuat resale value mobil listrik masih sulit menyaingi ICE dan hybrid.
Kenapa ICE dan Hybrid Masih Bertahan Kuat?
Selain nilai jual kembali yang stabil, mobil ICE dan HEV menawarkan keterjangkauan dan kepraktisan.
Untuk banyak pengguna di Indonesia, jaringan servis luas dan ketersediaan suku cadang menjadi pertimbangan utama.
Hybrid juga memberikan posisi “aman di tengah” menawarkan efisiensi bahan bakar lebih baik, tapi tanpa ketergantungan penuh pada infrastruktur charging yang masih terbatas.
Dalam konteks pasar domestik, HEV masih dianggap “solusi transisi ideal” antara mobil bensin dan EV murni.

Harga Jual Lebih Baik, ICE dan HEV Masih Jadi Pilihan diTengah Gempuran EV
“Banyak konsumen yang masih menunggu waktu tepat untuk beralih ke mobil listrik penuh,” kata salah satu analis otomotif di GIIAS. “Selama faktor resale value dan dukungan ekosistem belum kuat, ICE dan hybrid akan tetap jadi pilihan rasional.”
OLXmobbi Jadi Cermin Tren Otomotif Nasional
Dengan pertumbuhan trade-in dan penjualan mobil bekas yang terus meningkat, OLXmobbi kini memainkan peran strategis di rantai industri otomotif nasional.
Platform ini tidak hanya memfasilitasi transaksi, tapi juga menjadi indikator perilaku konsumen di tengah perubahan teknologi kendaraan.
Kenaikan 53% trade-in di GIIAS 2025 menjadi bukti bahwa masyarakat semakin terbuka dengan konsep “upgrade kendaraan” — mengganti mobil lama ke model baru dengan nilai optimal, tanpa kehilangan banyak di harga jual.
Selain itu, keberadaan OLXmobbi di pameran besar seperti GIIAS membantu konsumen melakukan transaksi instan dengan nilai yang transparan, cepat, dan aman faktor yang makin penting di era digitalisasi otomotif.
EV Belum Sepenuhnya Menggoyang ICE & Hybrid
Gelombang elektrifikasi memang tak terbendung, namun realita di lapangan menunjukkan bahwa mobil ICE dan hybrid masih memegang peranan penting di Indonesia.
Selain karena harga jual kembali yang lebih baik, juga karena ekosistem pendukung EV belum sepenuhnya matang.
Bagi sebagian besar konsumen, pilihan rasional tetap pada mobil dengan biaya kepemilikan yang lebih stabil, perawatan mudah, dan resale value tinggi tiga hal yang masih sulit ditandingi kendaraan listrik murni saat ini.
Dan dari data OLXmobbi di GIIAS 2025, satu hal jelas: tren boleh bergeser, tapi nilai tetap bicara paling keras.***
.
- Penulis: dimas

