Kisah Yani, Ojol Warakas yang Dapat Pelajaran Penting Soal Busi Motor
- account_circle dimas
- calendar_month Kam, 4 Sep 2025
- visibility 68

Kisah Yani, Ojol Warakas yang Dapat Pelajaran Penting Soal Busi Motor
OTOExpo.com, Jakarta – Kerusuhan di kediaman Ahmad Syahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR RI periode 2019–2024, di bilangan Jakarta Utara sore itu tak hanya meninggalkan kisah tentang penjarahan dan kerusakan.
Di balik riuh massa, terselip sebuah cerita sederhana namun sarat makna: kisah seorang pengemudi ojek online bernama Yani, warga Warakas, yang motornya mogok di saat genting.
Massa berdatangan dari berbagai arah, ada yang berjalan kaki, mengendarai motor, bahkan memesan jasa ojol.
Tepat di gang menuju rumah Ahmad Syahroni, motor Yani berhenti mendadak. Mesin seolah enggan menyalakan nyawa.
“Biasanya kalau massa sudah ramai begini, ujung-ujungnya ricuh, Bang. Apalagi motor ini satu-satunya buat saya kerja,” ungkap Yani dengan wajah gusar. Penumpangnya pun kesal, harus berjalan kaki dan mencari tumpangan lain.
Namun siapa sangka, mogoknya motor Yani membuka tabir tentang masalah teknis yang sering disepelekan para pengendara: busi yang sudah aus dan tak lagi layak pakai.
Busi Dibersihkan, Bukan Diganti
Yani bercerita bahwa terakhir kali businya hanya dibersihkan mekanik dengan amplas. Alasannya, karena ada kerak karbon menempel.
“Katanya nggak perlu diganti, cukup dibersihkan,” ujarnya. Tapi faktanya, busi tersebut akhirnya benar-benar mati total.
Motor pun dibawa ke bengkel UMKM terdekat. Setelah diperiksa, penyebabnya jelas: busi mati = mesin tak bisa hidup.
Kenapa Amplas Bukan Jawaban?
Menurut Diko Oktaviano, Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia (NGK Spark Plugs), membersihkan busi dengan amplas atau sikat kawat justru bisa mempercepat kerusakan.
“Hindari keduanya. Cukup pakai kain bersih atau sikat yang sangat halus. Elektroda busi itu sensitif, terutama jenis iridium atau platinum. Kalau digosok kasar, permukaannya terkikis, celah elektroda berubah, dan percikan api tak lagi fokus,” jelas Diko.
Hasilnya fatal: pembakaran jadi tidak sempurna. Mesin brebet, tarikan terasa berat, dan konsumsi bensin membengkak.
Risiko Jika Busi Rusak
Busi yang rusak tak hanya menghambat perjalanan, tapi juga membawa efek domino:
- Mesin bisa misfiring, ruang bakar gagal menyala sempurna.
- Tarikan motor jadi berat dan tidak responsif.
- Konsumsi bahan bakar meningkat drastis.
- Akhirnya, busi harus diganti lebih cepat dari umur idealnya.
Alih-alih hemat, cara “mengamplas busi” justru membuat biaya lebih boros.
Kapan Sebaiknya Ganti Busi?
Umur busi berbeda-beda tergantung jenis dan pemakaian:
- Busi nikel standar: idealnya diganti setiap 20.000–30.000 km.
- Busi iridium/platinum: bisa bertahan hingga 100.000 km.
Namun, semua kembali pada pola penggunaan kendaraan, kualitas bahan bakar, dan disiplin perawatan rutin.
Jika busi sudah berkerak tebal, elektroda aus, atau jarak celah berubah, pilihan terbaik hanyalah mengganti baru. “Kalau dipaksa terus, tarikan jadi berat dan bensin makin boros,” tegas Diko.

Tips Merawat Busi Supaya Awet
Agar kejadian Yani tak menimpa pengendara lain, berikut tips sederhana menjaga busi tetap sehat:
- Gunakan bahan bakar berkualitas – bensin beroktan rendah cenderung meninggalkan banyak residu karbon.
- Servis rutin – cek dan bersihkan busi setiap 10.000 km saat servis berkala.
- Hindari overheat – mesin yang sering kepanasan mempercepat kerusakan busi. Pastikan sistem pendingin bekerja baik.
- Starter dengan benar – hindari menyalakan mesin berulang kali terlalu lama karena bisa mempercepat keausan elektroda.
Motor Sehat, Rezeki Lancar
Setelah busi diganti di bengkel UMKM, motor Yani kembali hidup. Ia pun bisa melanjutkan aktivitasnya mencari penumpang, menjemput rezeki satu perjalanan demi perjalanan.
Kerusuhan sore itu memang meninggalkan luka dan kerugian. Namun, di balik kekacauan, kita menemukan pelajaran teknis yang membumi: jangan pernah meremehkan busi.
Karena percikan kecil dari busi itulah yang menyalakan kehidupan mesin. Tanpanya, kendaraan hanyalah besi dingin yang tak bernyawa. **
.
.
- Penulis: dimas



