Kia Makin Pede! Ho Sung Song Raih Penghargaan Tertinggi Autocar, EV3 Juarai Mobil Listrik
- account_circle dimas
- calendar_month Kam, 3 Jul 2025
- visibility 61

Kia Makin Pede! Ho Sung Song Raih Penghargaan Tertinggi Autocar, EV3 Juarai Mobil Listrik
OTOExpo.com , London – Siapa sangka, Kia yang dulu lebih dikenal sebagai merek mobil “ekonomis tapi oke”, kini makin percaya diri menantang dunia otomotif global.
Kabar terbarunya datang dari Autocar Awards 2025, salah satu ajang penghargaan paling prestisius di industri ini, di mana Presiden dan CEO Kia, Ho Sung Song, sukses membawa pulang Issigonis Trophy, penghargaan tertinggi dari Autocar.
Sementara itu, tak kalah mengejutkan, Kia EV3 berhasil menyabet gelar ‘Best Electric Car’, menyingkirkan banyak pesaing lain di kategori yang tahun ini sangat kompetitif.
Hmm, cukup bikin penasaran memang. Apa sih yang bikin Kia sekarang jadi bintang lapangan, terutama di dunia elektrifikasi?
Ho Sung Song: Bukan CEO Biasa
Issigonis Trophy memang bukan penghargaan sembarangan. Dinamai dari Sir Alec Issigonis, legenda di balik Mini Cooper, penghargaan ini diberikan hanya kepada mereka yang punya pengaruh besar terhadap arah industri otomotif global.
Ho Sung Song, yang mulai menjabat sebagai Presiden dan CEO Kia pada 2020, ternyata diam-diam telah memimpin transformasi besar-besaran di tubuh Kia.
Lewat strategi jangka menengah dan panjang yang diberi nama ‘Plan S’, Song memposisikan Kia sebagai pemain utama di era elektrifikasi, bukan sekadar ikut-ikutan tren.

“Desain dengan hati, memimpin dengan tanggung jawab, dan terus memberikan pengalaman yang menginspirasi,” begitu katanya saat menerima penghargaan. Terdengar klise? Mungkin. Tapi kalau melihat capaian Kia dalam lima tahun terakhir, kata-kata ini justru jadi terasa relevan.
Dari EV6 ke EV9, Kini EV3: Kia Tak Lagi ‘Biasa Aja’
Kalau dulu mendengar nama Kia, yang terbayang mungkin mobil keluarga dengan desain konservatif dan harga masuk akal.
Tapi sekarang? Lihat saja deretan EV-nya: dari EV6 yang futuristik, EV9 yang SUV gede rasa spaceship, hingga EV3 yang katanya kecil tapi lincah dan praktis banget.
Dan hasilnya? EV9 dinobatkan sebagai World Car of the Year 2024, sementara EV3 tahun ini menyabet gelar World Car of the Year dan UK Car of the Year 2025.
Prestasi yang jujur saja, agak bikin kita garuk-garuk kepala kalau masih menganggap Kia sebagai “mobil murah Korea.”
Apalagi sekarang EV3 juga dinobatkan sebagai Best Electric Car versi Autocar.
Alasannya? Desain menarik, jarak tempuh lebih dari 600 km, pengisian daya cepat, kabin lega, dan ini yang penting harga yang tetap realistis. Kalau ini bukan strategi cerdas, entah apa lagi.
Kia EV3: Kecil-Kecil Cabe Elektrik
“EV3 adalah mobil yang membawa DNA desain EV9 ke pasar yang lebih luas, dengan nilai dan kepraktisan yang tetap tinggi,” ujar Mark Tisshaw, Editor Autocar.
Ia bahkan menambahkan bahwa EV3 adalah mobil listrik yang benar-benar terasa cocok dimiliki, bukan cuma jadi showpiece teknologi mahal.
EV3 ini ibarat versi “lebih waras” dari EV9: bentuk tetap keren, teknologi canggih, tapi tidak bikin dompet pengemudi menjerit.
Dalam era mobil listrik yang masih didominasi mobil-mobil mahal, EV3 datang sebagai penyeimbang futuristik tapi bisa dimiliki.
Ambisi Baru Kia yang Layak Diawasi
Tak cukup puas di ranah penumpang, Kia juga punya ambisi besar lewat strategi PBV (Platform Beyond Vehicle). Di CES 2024 lalu, mereka unjuk konsep kendaraan komersial masa depan modular, full-electric, dan penuh potensi.
Mobil pertama dalam kategori ini, PV5, rencananya bakal mulai dijual secara global tahun ini. Targetnya? Menjual 250.000 unit PBV per tahun pada 2030.
Target besar, tapi dengan pendekatan Kia yang belakangan ini terlihat sangat sistematis, bukan hal mustahil.
Di Balik Pujian, Tantangan Tetap Ada
Tentu saja, di balik semua pujian dan penghargaan, Kia tetap harus menghadapi tantangan besar. Industri EV masih dalam tahap transisi, dan infrastruktur pengisian daya di banyak negara masih jauh dari ideal.
Kia juga harus bersaing dengan pemain baru dan lama, dari Tesla sampai BYD, yang agresivitasnya di pasar EV sudah gila-gilaan.
Tantangan lainnya adalah menjaga konsistensi kualitas dan harga. Jangan sampai semangat inovasi justru membuat harga produk melejit dan kehilangan daya saing, terutama di pasar negara berkembang yang makin kritis terhadap harga dan nilai guna.
Kia Tak Lagi “Alternatif Murah”
Lewat visi dan kepemimpinan Ho Sung Song, Kia perlahan berubah dari pemain pinggiran menjadi salah satu game changer di industri otomotif global.
Dengan desain yang makin berani, strategi elektrifikasi yang progresif, dan penghargaan demi penghargaan yang terus mengalir, Kia kini punya modal kuat untuk duduk di meja para raksasa otomotif.
Dan kalau Kia terus konsisten, bukan tidak mungkin merek ini bisa menggeser citra lamanya untuk jadi simbol mobil masa depan cerdas, terjangkau, dan penuh karakter.
“Kia is no longer just catching up. They’re setting the pace.”
sebuah kalimat yang dulu mungkin terdengar terlalu ambisius. Tapi sekarang? Mungkin sudah waktunya kita mulai percaya.
.
.
.
.
- Penulis: dimas


