KALISTA Dapat Kucuran Rp 210 Miliar dari Bank Mandiri, Apakah Bus Listrik Dapat Mengubah Medan?
- account_circle Magoh
- calendar_month Sen, 14 Jul 2025
- visibility 78

KALISTA Dapat Kucuran Rp 210 Miliar dari Bank Mandiri, Apakah Bus Listrik Dapat Mengubah Medan?
OTOExpo.com , Medan – Geliat kendaraan listrik di Indonesia terus bergerak maju. Kali ini, giliran Medan yang jadi medan ujicoba serius. PT Kalista Biru Nusantara (KALISTA), anak usaha dari raksasa energi Indika Energy, baru saja mendapatkan pembiayaan ramah lingkungan sebesar Rp 210 miliar dari Bank Mandiri.
Dananya? Untuk mendukung operasional 60 bus listrik dan 18 unit SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum).
Langkah ini patut diapresiasi. Tapi, pertanyaannya, apakah cukup hanya dengan dana dan bus untuk mengubah wajah transportasi kota besar seperti Medan?
Atau kita masih perlu mengupas lebih dalam tantangan nyata yang ada di lapangan?

Dari Kredit Hijau ke Jalanan Medan
Penandatanganan kerja sama antara KALISTA dan Bank Mandiri dilakukan langsung oleh para petinggi kedua pihak, termasuk Albert Aulia Ilyas, Direktur Utama KALISTA.
Dana sebesar Rp 210 miliar ini berbentuk refinancing facility dengan tenor hingga 9 tahun—bukan cuma suntikan modal sesaat, tapi komitmen jangka panjang.
KALISTA sendiri tidak hanya sekadar mendatangkan bus listrik. Mereka membawa pendekatan end-to-end: mulai dari penyediaan armada, pembangunan SPKLU, survei lokasi operasional, pelatihan sopir, hingga pemantauan kendaraan lewat teknologi dashboard digital.
Keren? Tentu. Tapi tetap saja, transformasi transportasi umum tak hanya soal teknologi atau modal. Ada dinamika sosial, kebiasaan, dan infrastruktur dasar yang tak bisa diabaikan.
60 Bus Listrik, Tapi Siapa yang Naik?
Medan adalah kota besar dengan pola transportasi publik yang belum sepenuhnya terintegrasi. Kehadiran 60 unit bus listrik tentu membawa angin segar, tapi jumlah ini masih sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan harian warga kota.
Kita belum bicara soal rute yang dilayani, tarif, ketersediaan SPKLU di tempat strategis, atau kemudahan akses penumpang.
Apakah bus listrik ini akan bersaing atau bersinergi dengan angkot dan ojek online? Atau malah jadi pajangan yang jarang bergerak karena minim penumpang?
Tanpa perencanaan integratif dari pemerintah daerah, potensi bus listrik ini bisa saja mandek.
SPKLU: Infrastruktur yang Masih Jauh dari Merata
KALISTA memang menyebut akan membangun 18 SPKLU di Medan. Tapi tantangan pengisian daya bukan hanya soal jumlah stasiun. Kita bicara tentang:
-
Lokasi SPKLU: Apakah mudah dijangkau bus di tengah lalu lintas padat?
-
Waktu pengisian: Apakah cepat dan tidak mengganggu jadwal operasional?
-
Ketersediaan listrik: Apakah infrastruktur PLN di Medan siap menopang?
Belum lagi soal pemeliharaan, yang selama ini jadi masalah laten di proyek-proyek infrastruktur transportasi.
SPKLU yang keren di awal bisa jadi rongsokan elektronik dalam 3 tahun kalau tidak ada sistem pemeliharaan yang rapi.
Penyewaan Panjang, Strategi Cerdas atau Perangkap Biaya?
Salah satu strategi unik KALISTA adalah menawarkan model penyewaan jangka panjang untuk kendaraan listrik komersial.
Ide ini tentu mempermudah perusahaan atau pemerintah kota yang enggan keluar banyak modal di awal. Tapi tetap saja, model ini perlu perhitungan bisnis yang cermat.
Tanpa skema subsidi atau kepastian insentif dari pemerintah, penyewaan bulanan bisa menjadi beban tersendiri bagi operator angkutan umum.
Risiko komersial tetap ada, terutama kalau bus listrik ini belum bisa menarik penumpang sebanyak harapan.
Langkah Bank Mandiri: ESG dan Realita
Bagi Bank Mandiri, pembiayaan ini menjadi langkah besar dalam portofolio green financing mereka. Di bawah framework ESG (Environmental, Social, Governance), bank pelat merah ini berupaya menunjukkan bahwa sektor keuangan tak cuma soal keuntungan, tapi juga kontribusi nyata terhadap dekarbonisasi.
Namun, bank tetaplah institusi bisnis. Apakah proyek ini akan memberikan return? Apakah bus listrik di Medan bisa menjadi model bisnis berkelanjutan? Ini pertanyaan besar yang belum bisa dijawab hari ini.
KALISTA: Lebih dari Sekadar Distributor
Di sisi lain, KALISTA memosisikan diri bukan sekadar penyedia bus, tapi katalisator mobilitas berkelanjutan nasional. Mereka masuk ke berbagai sektor: logistik, pertambangan, perkebunan, dan transportasi publik.
Artinya, Medan mungkin hanyalah pilot project, dan langkah selanjutnya bisa jauh lebih masif.
Tapi tetap, keberhasilan proyek Medan akan jadi tolak ukur. Kalau sukses, KALISTA bisa jadi pemain penting dalam ekosistem EV nasional. Tapi kalau gagal? Sulit membangun kepercayaan pasar.
Langkah Berani, Tapi Jangan Lupa Realita
KALISTA dan Bank Mandiri layak diapresiasi atas keberanian mengambil langkah konkret dalam mendorong transisi energi di sektor transportasi.
Tapi teknologi dan pembiayaan hanya bagian dari solusi. Kunci utamanya adalah eksekusi di lapangan.
Transportasi umum ramah lingkungan bukan sekadar soal bus listrik dan SPKLU. Ini tentang perubahan budaya mobilitas, integrasi sistem, edukasi pengguna, dan tentu saja konsistensi dari pihak-pihak yang terlibat.
Kalau semua itu bisa berjalan beriringan? Maka 60 bus listrik di Medan bukan hanya simbol—tapi awal dari masa depan yang lebih bersih dan efisien. ***
.
.
.
- Penulis: Magoh



