Antonio Filosa Resmi Jadi CEO Stellantis Awal Baru yang Ambisius, Tantangannya Semakin Besar
- account_circle Abimanyu
- calendar_month Sab, 28 Jun 2025
- visibility 65

Antonio Filosa Resmi Jadi CEO Stellantis Awal Baru yang Ambisius, Tantangannya Semakin Besar
OTOExpo.com , Amsterdam – Stellantis baru saja memulai babak baru dalam perjalanan globalnya. Mulai 23 Juni 2025, kursi tertinggi alias CEO resmi diisi oleh Antonio Filosa, nama yang bukan pendatang baru di industri otomotif.
Langkah awalnya? Langsung mengumumkan struktur organisasi baru dengan sederet nama lama dan beberapa wajah baru di posisi strategis.
“Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk memimpin Stellantis, sebuah perusahaan global yang memiliki eksistensi kuat di berbagai wilayah,” ujar CEO Antonio Filosa.
“Kami memiliki keunggulan dengan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya, jajaran merk ikonik dibawah naungan Stellantis, serta jutaan pelanggan setia dan produk-produk yang inovatif.”
“Hal tersebut menjadi sumber inspirasi bagi kami untuk meraih pencapaian – pencapaian baru di masa depan.” ungkapnya.

Kalau dilihat sekilas, ini langkah strategis yang cukup berani. Tapi di tengah ketatnya persaingan industri otomotif global apalagi dengan tantangan elektrifikasi, regulasi lingkungan, dan shifting market banyak juga yang bertanya-tanya: apakah ini cukup? Atau hanya perubahan kosmetik?
Filosa: Sosok Lama, Jabatan Baru
Antonio Filosa memang bukan sosok asing. Sebelumnya ia sudah mengisi beberapa posisi kunci dalam tubuh Stellantis, khususnya di wilayah Amerika.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan punya visi operasional kuat. Dan sekarang, sebagai CEO, Filosa bukan hanya pegang kemudi satu negara atau satu merek, tapi seluruh ekosistem Stellantis di dunia.
Dalam pernyataannya, Filosa bilang bahwa menjadi CEO Stellantis adalah kehormatan besar, dan ia percaya pada kekuatan manusia, merek ikonik, serta inovasi teknologi yang sudah jadi fondasi Stellantis. Klise?
Mungkin. Tapi tetap perlu dicatat bahwa ini adalah pernyataan publik pertama, dan tentu harus terdengar penuh optimisme.
Struktur Baru, Wajah Lama
Filosa langsung umumkan tim manajemen barunya, yang katanya dirancang dengan mempertimbangkan kekuatan regional dan orientasi pelanggan.
Tapi kalau kita perhatikan lebih dekat, sebagian besar nama yang ditunjuk adalah orang lama di internal Stellantis, hanya berganti posisi atau diperluas tanggung jawabnya.
Contohnya:
- Doug Ostermann tetap jadi CFO, tapi sekarang pegang juga urusan merger, akuisisi, dan joint venture.
- Jean-Philippe Imparato masih jadi kepala wilayah Eropa, sekarang juga pegang merek-merek seperti Maserati.
- Philippe de Rovira sekarang tangani wilayah non-Amerika dan non-Eropa, plus masih pegang Stellantis Financial Services.
Di sisi lain, wajah baru seperti Clara Ingen-Housz (Kepala Komunikasi) dan Emanuele Cappellano (Amerika Selatan & Stellantis Pro One) sepertinya didatangkan untuk memberi warna segar tapi apakah cukup untuk benar-benar mengubah arah perusahaan?
Reorganisasi atau Sekadar Reposisi
Kritik yang muncul cukup masuk akal. Banyak yang melihat struktur baru ini lebih mirip sebagai reposisi internal ketimbang reorganisasi yang revolusioner.
Stellantis memang harus bergerak cepat di tengah tekanan global — dari penurunan minat kendaraan ICE (Internal Combustion Engine), naiknya tuntutan elektrifikasi, hingga tekanan pasar Tiongkok dan India.
Pertanyaannya, apakah tim ini punya cukup fleksibilitas dan keberanian untuk mengambil keputusan radikal?
Apalagi Stellantis selama ini dikenal sebagai konglomerat otomotif multi-merek yang kadang terlalu birokratis. Menyatukan DNA Jeep, Peugeot, Fiat, Dodge, dan Citroën saja sudah bukan perkara mudah.
Ditambah tantangan dari transformasi ke mobil listrik dan digitalisasi otomotif, maka struktur tim yang hanya “reorganisasi ringan” mungkin bukan jawaban jangka panjang.
Kekuatan Internal, Tantangan Eksternal
Dalam pernyataannya, Filosa menyebut bahwa tim ini terdiri dari para pemimpin yang punya semangat kewirausahaan dan orientasi pelanggan. Bagus, tapi akan diuji nanti di lapangan. Misalnya:
- Bagaimana Stellantis akan menyesuaikan strategi mereka di pasar mobil listrik yang sudah didominasi Tesla, BYD, dan kini VinFast?
- Apakah strategi “one size fits all” masih relevan ketika setiap region punya tantangan berbeda?
- Dan bagaimana Stellantis akan menjaga nilai merek-merek ikoniknya agar tak kehilangan identitas di tengah strategi sentralisasi?
Apresiasi, Tapi Jangan Lengah
Di akhir pengumuman, Filosa juga memberi penghormatan pada dua tokoh senior Stellantis yang mundur: Maxime Picat dan Béatrice Foucher.
Kita bisa anggap ini sebagai simbol transisi dan regenerasi dalam tubuh perusahaan.
Tapi ke depan, Stellantis butuh lebih dari sekadar transisi. Mereka butuh langkah nyata dari model bisnis yang lebih adaptif, transformasi digital, hingga strategi mobil listrik yang lebih agresif tapi tetap relevan untuk masing-masing wilayah.
Harapan Besar, Tanggung Jawab Lebih Besar
Langkah awal Antonio Filosa sebagai CEO memang menjanjikan. Ia berani ambil posisi, bergerak cepat menyusun tim, dan memberikan arah yang optimis.
Tapi optimisme saja tidak cukup. Tantangan Stellantis jauh lebih kompleks dari sekadar penyusunan struktur.
Kalau ingin benar-benar menjadikan Stellantis pemimpin era otomotif baru, maka dibutuhkan lebih dari sekadar wajah lama di posisi baru.
Diperlukan ide baru, strategi berani, dan keberanian untuk berbeda dari formula lama.
Karena kalau tidak, perubahan ini bisa saja jadi… sekadar formalitas korporat.****
.
.
.
.
.
- Penulis: Abimanyu


